Kisah Kontroversial Maarten Paes: Rp32 Miliar
3 mins read

Kisah Kontroversial Maarten Paes: Rp32 Miliar

Kisah Kontroversial Maarten Paes: Rp32 Miliar dan Alasan Kiper Ini Absen dari Timnas Indonesia

Kisah Kontroversial Maarten Paes: Rp32 Miliar dan Alasan Kiper Ini Absen dari Timnas Indonesia –Haris Pardede, seorang pengamat sepakbola UGDEWA  Indonesia, mengungkapkan biaya yang harus dikeluarkan oleh PSSI untuk menghadapi sidang di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) terkait kasus Maarten Paes. Dikenal sebagai Bung Harpa, Pardede menyatakan bahwa biaya untuk sidang saja mencapai kisaran USD1 hingga USD2 juta, atau setara dengan Rp16 sampai Rp32 miliar.

Biaya tersebut belum termasuk biaya pengacara dan transportasi. Apakah tingginya biaya ini yang menjadi penyebab kasus Maarten Paes belum disidangkan di CAS? Menurut informasi dari laman resmi CAS, sidang untuk kasus Maarten Paes belum direncanakan hingga akhir Juli 2024.

Biaya Kasus Di CAS

“Biaya untuk menghadapi kasus di CAS (kasus Maarten Paes) tidaklah murah. Bagi Erick Thohir atau PSSI, mungkin biaya tersebut bukanlah hal yang mahal, yaitu sekitar USD1 hingga 2 juta. Saya mendapatkan informasi ini dari sumber yang terpercaya,” kata Bung Harpa, seperti yang dilaporkan dari channel YouTube Bung Harpa.

“Bayangkan perjuangan PSSI, terutama Erick Thohir. Meskipun biaya akan dibayar dari kas PSSI, ini adalah bagian dari upaya untuk memperkuat Timnas Indonesia dengan membawa Maarten Paes bergabung,” lanjutnya.

Kehadiran Maarten Paes sangat diharapkan untuk memperkuat Timnas UGDEWA Indonesia. Kiper berusia 25 tahun ini diharapkan dapat membantu Timnas Indonesia dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Dapatkan Paspor Indonesia

Meskipun Paes telah mendapatkan paspor Indonesia pada akhir April 2024, namun dia belum memenuhi syarat untuk memperkuat Timnas Garuda. Hal ini disebabkan karena pelanggaran atas persyaratan yang diatur dalam Artikel 9 ayat 2 peraturan FIFA mengenai pergantian asosiasi.

Aturan tersebut menyatakan bahwa seseorang dapat mengganti asosiasi nasional jika saat terakhir kali membela tim nasional pertama, baik itu di level junior maupun senior, usianya masih di bawah 21 tahun, dalam pertandingan resmi. Selain itu, pemain tersebut juga harus tidak pernah membela tim nasional tersebut selama lebih dari tiga tahun dan memiliki caps (penampilan internasional) kurang dari tiga kali.

Dalam kasus Maarten Paes, dia berusia 22 tahun ketika terakhir kali membela Timnas Belanda U-21 pada Kualifikasi Piala Eropa U-21 2021 pada tanggal 15 November 2020, melewati batas usia yang diizinkan. Namun demikian, hal ini tidak berarti tidak ada celah hukum yang dapat dimanfaatkan.

Berjuang Dengan Hukum

PSSI sedang berjuang untuk mengejar celah hukum tersebut. Langkah mereka termasuk naturalisasi Maarten Paes sebagai WNI, meskipun belum pasti apakah dia bisa memperkuat Timnas Indonesia di masa mendatang.

Naturalisasi pemain sepak bola menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir. Proses ini melibatkan pemberian kewarganegaraan kepada pemain asing yang memiliki kualifikasi untuk membela timnas Indonesia di level internasional. Langkah ini diambil untuk meningkatkan kompetitivitas dan prestasi sepak bola Indonesia di kancah regional dan internasional.

Tidak Hanya Kemampuan Bermain

Naturalisasi pemain sepak bola menjadi WNI tidak hanya berkaitan dengan kemampuan bermain, tetapi juga mempertimbangkan faktor integrasi sosial, budaya, dan komitmen jangka panjang terhadap negara. Pemerintah dan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) memiliki peran penting dalam memastikan proses naturalisasi berjalan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Keputusan untuk naturalisasi harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa pemain yang dinaturalisasi dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan sepak bola UGDEWA  Indonesia, bukan hanya secara individual tetapi juga sebagai bagian dari timnas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *