Alasan Ada Bekas Luka di Wajah Franck Ribery
Alasan Ada Bekas Luka di Wajah Franck Ribery
Alasan Ada Bekas Luka di Wajah Franck Ribery – Di masa keemasannya, Franck Ribery merupakan salah satu pemain sayap terhebat yang pernah ada dan tidak beruntung karena tidak pernah memenangkan Ballon d’Or pada masanya. Pemain Prancis ini bersinar baik untuk klub maupun negaranya selama kariernya yang gemilang, memikat hati Bayern berkat kerja samanya dengan Arjen Robben dan berbagai penghargaan yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun.
Pelatih berusia 41 tahun ini, yang kini beralih ke peran pelatih, tidak hanya dikenal karena bakatnya yang luar biasa saat menggiring bola, tetapi juga karena bekas luka yang terlihat di wajahnya. Kisah tentang bagaimana mantan pemenang Liga Champions itu mengalami noda tersebut tidak hanya merupakan kisah yang memilukan, tetapi juga merupakan tanda ketahanan sejati yang akan menjadi lambang karier Ribery.
Kecelakaan Mobil Masa Kecil Ribery
Berbicara kepada Canal Sports+, menurut Mirror, Ribery membahas bagaimana ia tidak pernah bertemu dengan orang tua kandungnya setelah ditinggalkan di depan pintu sebuah biara saat baru lahir. Cobaan dan kesengsaraan tidak berakhir di sana, karena ia kemudian terlibat dalam kecelakaan mobil saat berusia dua tahun yang mengubah hidupnya selamanya.
Ribery yang masih bayi mengalami luka parah di wajahnya setelah kecelakaan itu, yang membuatnya bertabrakan dengan truk. Karena tidak mengenakan sabuk pengaman, bintang Prancis itu terlempar melalui kaca depan mobil dan dilarikan ke rumah sakit di mana ia harus mendapatkan 100 jahitan. LGODEWA
Karier Ribery di Klub
Ribéry memulai karier sepak bolanya pada usia enam tahun bermain di bagian pemuda klub amatir FC Conti de Boulogne-sur-Mer. Setelah tujuh tahun tinggal, pada tahun 1996, ia bergabung dengan tim profesional Lille, yang bermain di divisi kedua. Ribéry pindah ke Turki. Di sana ia bergabung dengan Galatasaray, menandatangani kontrak tiga setengah tahun pada 1 Februari 2005.
Di Galatasaray, Ribéry didatangkan oleh manajer Gheorghe Hagi dan tampil dalam 14 pertandingan liga saat klub finis di posisi ketiga. Di akhir kariernya, Pada 6 September 2021, Ribéry menandatangani kontrak dengan Salernitana, menyetujui kontrak satu tahun dengan perpanjangan otomatis jika klub berhasil mempertahankan status Serie A-nya pada akhir musim. Pada 20 Oktober 2022, Ribéry mengakhiri kontraknya dengan Salernitana dan mengumumkan pengunduran dirinya.
Setelah bermain di beberapa akademi Prancis yang berbeda, Ribery mendapat kesempatan besar dari klub raksasa Turki Galatasaray pada tahun 2005. Setelah beberapa bulan di sana, ia direkrut oleh Marseille saat dunia mulai melihat betapa berbakatnya pemain sayap itu. Menarik perhatian dengan dribelnya yang memukau dan bakat kreatifnya, ia meninggalkan Prancis Selatan untuk bergabung dengan Bayern Munich pada tahun 2007, tempat ia menghabiskan sebagian besar kariernya. Selama 12 tahun, kemampuan Ribery dalam membuat permainan dan mencetak gol yang luar biasa membantu Bayern meraih beberapa gelar Bundesliga, Piala Jerman, dan Liga Champions pada tahun 2013. LGODEWA
Kemitraannya dengan Arjen Robben, yang dikenal sebagai “Robbery,” sangat penting dalam dominasi Bayern. Meskipun mengalami beberapa cedera parah, pemain Prancis itu akan menjadi pemain ke-15 dengan penampilan terbanyak di klub tersebut.
Karier Internasional Ribery
Memulai debutnya pada tahun 2006, ia dengan cepat menjadi pemain kunci bagi Les Bleus. Meskipun ia tidak pernah memenangkan turnamen internasional besar, ia berhasil menjadi runner-up dalam kompetisi pertama di Piala Dunia tahun itu. Ketika pemain seperti Zinedine Zidane dan Thierry Henry disingkirkan, Ribery mulai mengambil peran yang lebih penting dalam tim.
Namun, ada beberapa kontroversi. Ribery merupakan salah satu bintang yang dikritik oleh mantan manajer Raymond Domenech saat mantan Juara Dunia itu tersingkir lebih awal dari Piala Dunia 2010. Ia kemudian meminta maaf atas perannya dalam kegagalan itu, sebelum pensiun dari tim nasional pada tahun 2014, dua tahun sebelum Prancis mencapai final Euro 2016 di negaranya sendiri.